Senin, 13 Agustus 2012

TIDAK PERNAH PENSIUN

Mazmur 71 : 17-24


Juga sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku, supaya aku memberitakan kuasa Mu kepada angkatan ini, keperkasaan Mu kepada semua orang yang akan datang. (:18)

Masa pensiun bagi banyak orang cukup menakutkan, karena masa-masa itu mereka dianggap tidak produktif lagi, tidak ada karya berarti yang dapat mereka hasilkan. Akibatnya banyak orang lanjut usia putus harapan dan tidak bersemangat menjalani hidup.
Jika melihat anak-anak muda yang perilakunya tidak karuan, mereka mulai mengomel dan menyalahkan anak-anak muda itu.

Sungguh berbeda dengan kerinduan pemazmur, Ia rindu masa tuanya menjadi masa yang produktif untuk terus memberitakan Pribadi dan karya Tuhan yang telah ia kenal sejak kecil (:17-18). Yang menakutkan bagi pemazmur bukan masa tua itu sendiri, tetapi ia takut apabila tidak ada penyertaan Tuhan. Sebab itu ia memohon agar Tuhan tidak meninggalkannya (:18). Ia telah melalui banyak kesusahan sekaligus banyak mengalami pertolongan dan penghiburan Tuhan; ia menyaksikan sendiri kebesaran, kesetiaan dan keadilan Tuhan (:20-23). Entah berapa lama lagi ia punya kesempatan, tetapi yang jelas hari-hari yang ada hendak ia gunakan untuk memperkenalkan Tuhan yang dikasihinya kepada generasi yang akan datang.

Hari ini tantangan bagi generasi muda makin besar. Ada banyak hal yang dapat menarik hati mereka jauh dari Tuhan. Adakah situasi ini membuat kita merasa tidak berdaya ? ataukah kerinduan seperti yang dimiliki pemazmur dihati kita ? Kita yang telah menerima pengajaran Tuhan dipanggil untuk mengajar generasi berikutnya. TIDAK ADA KATA PENSIUN hingga tua dan putih rambut kita.
Kiranya Tuhan menolong kita untuk terus memberitakan Dia.   Amin


Sabtu, 04 Agustus 2012

Sudut Mahentungang

GMIST Marthin Luther Photo By : Julius Daluas





GMPU Eben Haeser Photo By : Bappeda Sangihe North Celebes (BSNC)




GKPMI Harturia Photo By: BSNC




Pantai Kuluhe Photo By : BSNC




Salah satu sudut Kuluhe Photo By; Imanuel Paraeng




Desa Kuluhe Menyambut Tulude 14 Feb 2012 Photo By : QP

Kamis, 02 Agustus 2012

Pesta adat "TULUDE" di desa Mahentungang.. 14 Februari 2012


HISTORIS KULUHE MAHENTUNGANG

SEKILAS HISTORIS KULUHE MAHENTUNGANG

Dikutip dr Lintuhu Monara apate mengungsi, Kuluhe Mahentungang taung 2012

Konon sekitar tahun 1518, sepasang suami istri (Gumansalangi dengan Onda Asa) setelah dalam pengembaraannyadi daratan Minahasa tepatnya suatu tempat bernama Kuluhe-Ratahan, maka suami istri tersebut membawa batu kerikil, dan setelah tiba di Pulau Sangihe Tampungan Lawo mereka tinggal di Sahendarumang. Sesuai dengan pesan dari orang tua merek; jika terjadi guntur (medelu) dan kilat (mekila) mereka harus turun dari kendaraan mereka.
Batru kerikil yang dibawa oleh mereka dilemparkan kearah sebelah timur Pulau Sangihe dan tempat itu dinamai BATUNG KULUHE. Dan pada waktu-waktu tertentu Batung Kuluhe LUHENTUNG. Akhirnya tempat tersebut disapa KULUHE MAHENTUNGANG hingga sekarang.
Pada abad ke 17 waktu raja GAMA memerintah kerajaan Rimpulaeng, maka su soang (di kampung) Kuluhe-Mahentungang susunan pemerintahan hanya secara adat budaya yang dinamakan "SAWOHI" dan Sawohi yang pertama adalah DOLONGSEDA yang wilayah pemerintahannya mulai dari sungai Daripa (terletak antara kampung Sensong dan Tariang Baru) sampaiu dengan sungai Liwase (antara Kampung Simueng dan Bentung), kecuali pemerintahan Kampung Kuma Malaesang yaitu dari Roake sampai dengan Toadu Kuma.

Sejak tahun 1888 pemerintahan adat Sawohi dipadukan dengan pemerintahan kolonial Belanda dalam sebutan Kapten Laut (sapaan kita "KAPITALAUNG).
Kapitalaung pertama adalah MELIKUNUSA DALITA, dengan demikian pemerintahan adat disebut BEBATONG DELAHE sedangkan pemerintahan Kapitalaung disebut BEBATONG BALE.
Pada waktu pemerintahan LAMBENGSINA, Kuluhe Mahentungang dibagi dua yaitu :
  1. Kampung Kuluhe Satu, wilayahnya dari sungai daripa sampai dengan perbatasan Kuluhe 1 dan Kuluhe 2 dengan Kapitalaung yang pertama adalah P.S. DALOPE.
  2. Kampung Kuluhe dua wilayahnya dari perbatasan Kuluhe 1 dan Kuluhe 2 sampai dengan sungai Liwase dengan Kapitalaung yang pertama bernama NEMUEL MACPAL.
Pada tahun 1889 Kampung Kuluhe 2 terbagi 2 yaitu : Kampung Simueng dengan wilayah dari Sungai Liwase sampai dengan Tonggeng Kembuno. Dengan demikian Kampung Kuluhe 2 wilayah pemerintahannya mulai dari Tonggeng Kembuno dan seterusnya.
Pada tanggal 6 Juni 1929, Kampung Bira ditunggalkan dari kampung Kuluhe 1 dengan Kapitalaungnya bernama LANONGBUKA (GURING). Dan pada tanggal 1 Januari 1938 kampung Bowongkali di tunggalkan dari kampung Kuluhe 2 dengan kapitalaung bernama LUKAS HORMAN sekaligus merangkap Kepala Sekolah Rakyat Masehi.

Sejalan dengan waktu, kegiatan adat budaya terus dilakukan oleh masyarakat Kuluhe Mahentungang disesuaikan dengan keadaan dan situasi kondisi setempat.

Hal penting untuk dipahami bahwa adat budaya Kuluhe Mahentungang memberlakukan kegiatan "MENGUNGSI TAUNG" dengan tahapan sebagai berikut :
Pada tanggal 24 Desember MEMANSELE HUMOTONG, pada tanggal 25 Desember Bebatong Delahe datang kepada Bebatong Bale memberitahukan sekaligus mohon persetujuan, pada tanggal 31 Desember MEMASELE KARUANE, pada jam 00.00 MENETAU MONARA (MEMUKA PINTU), dinihari tanggal 1 Januari (Tahun Baru) MEBAKI. Sedangkan tanggal dan hari mengungsi taung disesuaikan dengan musyawarah Bebatong Bale dan Delahe.

Namun ketika diselang waktu antara 1 Januari sampai dengan waktu Mengungsi Taung terjadi bencana alam dan duka Bebatong Bale dan Bebatong Delahe, maka dilaksanakan MEMENTO (= membatalkan acara mengungsi taung).

Demikian sekilas pandang historis dan gambaran adat budaya kampung Kuluhe Mahentungang, hingga sampai sekarang ini terus dilestarikan dengan sapaan MENGUNGSI TAUNG.

Di Copy Paste dari catatan Sekilas Historis Kuluhe Mahentungang
Pada acara Tulude di Kulur tgl 14 Februari 2012