SEKILAS HISTORIS KULUHE MAHENTUNGANG
Dikutip dr Lintuhu Monara apate mengungsi, Kuluhe Mahentungang taung 2012
Konon sekitar tahun 1518, sepasang suami istri (Gumansalangi dengan
Onda Asa) setelah dalam pengembaraannyadi daratan Minahasa tepatnya
suatu tempat bernama Kuluhe-Ratahan, maka suami istri tersebut membawa
batu kerikil, dan setelah tiba di Pulau Sangihe Tampungan Lawo mereka
tinggal di Sahendarumang. Sesuai dengan pesan dari orang tua merek; jika
terjadi guntur (medelu) dan kilat (mekila) mereka harus turun dari
kendaraan mereka.
Batru kerikil yang dibawa oleh mereka dilemparkan kearah sebelah
timur Pulau Sangihe dan tempat itu dinamai BATUNG KULUHE. Dan pada
waktu-waktu tertentu Batung Kuluhe LUHENTUNG. Akhirnya tempat tersebut
disapa KULUHE MAHENTUNGANG hingga sekarang.
Pada abad ke 17 waktu raja GAMA memerintah kerajaan Rimpulaeng, maka
su soang (di kampung) Kuluhe-Mahentungang susunan pemerintahan hanya
secara adat budaya yang dinamakan "SAWOHI" dan Sawohi yang pertama
adalah DOLONGSEDA yang wilayah pemerintahannya mulai dari sungai Daripa
(terletak antara kampung Sensong dan Tariang Baru) sampaiu dengan sungai
Liwase (antara Kampung Simueng dan Bentung), kecuali pemerintahan
Kampung Kuma Malaesang yaitu dari Roake sampai dengan Toadu Kuma.
Sejak tahun 1888 pemerintahan adat Sawohi dipadukan dengan
pemerintahan kolonial Belanda dalam sebutan Kapten Laut (sapaan kita
"KAPITALAUNG).
Kapitalaung pertama adalah MELIKUNUSA DALITA, dengan demikian
pemerintahan adat disebut BEBATONG DELAHE sedangkan pemerintahan
Kapitalaung disebut BEBATONG BALE.
Pada waktu pemerintahan LAMBENGSINA, Kuluhe Mahentungang dibagi dua yaitu :
- Kampung Kuluhe Satu, wilayahnya dari sungai daripa sampai dengan
perbatasan Kuluhe 1 dan Kuluhe 2 dengan Kapitalaung yang pertama adalah
P.S. DALOPE.
- Kampung Kuluhe dua wilayahnya dari perbatasan Kuluhe 1 dan Kuluhe 2
sampai dengan sungai Liwase dengan Kapitalaung yang pertama bernama
NEMUEL MACPAL.
Pada tahun 1889 Kampung Kuluhe 2 terbagi 2 yaitu : Kampung
Simueng dengan wilayah dari Sungai Liwase sampai dengan Tonggeng
Kembuno. Dengan demikian Kampung Kuluhe 2 wilayah pemerintahannya mulai
dari Tonggeng Kembuno dan seterusnya.
Pada tanggal 6 Juni 1929, Kampung Bira ditunggalkan dari kampung
Kuluhe 1 dengan Kapitalaungnya bernama LANONGBUKA (GURING). Dan pada
tanggal 1 Januari 1938 kampung Bowongkali di tunggalkan dari kampung
Kuluhe 2 dengan kapitalaung bernama LUKAS HORMAN sekaligus merangkap
Kepala Sekolah Rakyat Masehi.
Sejalan dengan waktu, kegiatan adat budaya terus dilakukan oleh
masyarakat Kuluhe Mahentungang disesuaikan dengan keadaan dan situasi
kondisi setempat.
Hal penting untuk dipahami bahwa adat budaya Kuluhe Mahentungang
memberlakukan kegiatan "MENGUNGSI TAUNG" dengan tahapan sebagai berikut :
Pada tanggal 24 Desember MEMANSELE HUMOTONG, pada tanggal 25 Desember
Bebatong Delahe datang kepada Bebatong Bale memberitahukan sekaligus
mohon persetujuan, pada tanggal 31 Desember MEMASELE KARUANE, pada jam
00.00 MENETAU MONARA (MEMUKA PINTU), dinihari tanggal 1 Januari (Tahun
Baru) MEBAKI. Sedangkan tanggal dan hari mengungsi taung disesuaikan
dengan musyawarah Bebatong Bale dan Delahe.
Namun ketika diselang waktu antara 1 Januari sampai dengan waktu
Mengungsi Taung terjadi bencana alam dan duka Bebatong Bale dan Bebatong
Delahe, maka dilaksanakan MEMENTO (= membatalkan acara mengungsi
taung).
Demikian sekilas pandang historis dan gambaran adat budaya kampung
Kuluhe Mahentungang, hingga sampai sekarang ini terus dilestarikan
dengan sapaan MENGUNGSI TAUNG.
Di Copy Paste dari catatan Sekilas Historis Kuluhe Mahentungang
Pada acara Tulude di Kulur tgl 14 Februari 2012